KKPNews, Pasangkayu – Menteri Kelautan dan Perikanan, Edhy Prabowo meminta pembudidaya udang yang terkendala permodalan dalam pengembangan usaha untuk mengakses pembiayaan program yang difasilitasi Pemerintah.
Hal itu disampaikan Edhy saat meninjau kawasan pengembangan budidaya udang berkelanjutan di Pasangkayu, Sulawesi Barat. Selasa (9/6). Tiga perusahaan yang ia kunjungi antara lain PT. Randomayang Tambak Lestari, PT. Manakara Sakti Abadi dan PT. STT Sarjo yakni perusahaan yang melakukan investasi bisnis budidaya udang di Sulawesi Barat. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian kunjungan kerjanya selama 5 hari di empat Propinsi berbeda yakni Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan Sulawesi Utara.
Menteri Edhy juga melakukan peresmian PT. Randomayang Tambak Lestari dan sekaligus tebar benih perdana. Hadir dalam peresmian diantaranya Bupati Pasangkayu, Eeselon I KKP serta beberapa pembudidaya setempat. Peresmian dilakukan dengan penerapan standar penanganan Covid dengan ketat.
“Saya mengapresiasi keberhasilan perusahaan dalam mengembangkan bisnis budidaya udang ini. Udang vaname masih menjadi andalan untuk raup devisa ekspor. Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya merasa bahagia, ternyata pandem Covid-19 tidak menyurutkan aktivitas budidaya,” jelasnya.
“Usaha tetap berjalan produktif dengan menerapkan protokol kesehatan. Saya rasa keberadaan tambak udang ini adalah wujud peran serta masyarakat, khususnya saya apresiasi langkah pak Rudy sebagai pimpinan perusahaan untuk tetap mendorong produktivitas ekonomi di tengah pandemi ini,” imbuhnya.
Menurutnya, udang vaname ini bukan merupakan udang asli Indonesia, namun keberadaan udang windu sebagai udang asli belum optimal paska masa keemasan beberapa dekade yang lalu. Tiap daerah punya spesifikasi komoditas unggulan tertentu. Oleh karenannya, ia meminta seluruh pihak untuk bekerjasama dalam memanfaatkan potensi yang ada.
“Kalau kita bikin perbandingan misalnya, usaha berkebun karet atau sawit hanya dapat penghasilan sekitar 15 juta per ha per tahun. Tapi bayangkan kalau kita berbisnis dang dengan intensifikasi padat tebar 200 ekor/m2, penghasilan yang diraup bisa sampai 500 juta per tahun. Bisa itung sendiri berapa persen perbedaannya. Belum lagi penyerapan tenaga kerja, jika 1 ha secara intensif memperkerjakan 5 orang, maka akan banyak tenaga kerja yang terlibat,” tegas Edhy.
Menteri Edhy memastikan Pemerintah dalam hal ini KKP akan selalu memfasilitasi kebutuhan dari seluruh stakholders. Ia membeberkan saat ini Pemerintah terus mendorong stimulus ekonomi untuk mendongkrak produktivitas sektor strategis termasuk usaha budidaya udang.

“Intinya KKP akan mendukung langkah swasta. Kalau kendalanya masalah pembiayaan, kami sudah siapkan itu. KKP punya akses pembiayaan hingga 1 trilyun melalui BLU-LPMKP dengan bungan 3% per tahun, belum lagi kredit program seperti KUR dengan bunga 6% dan agunan bisa berupa usaha, bukan harta tetap atau bergerak dengan akumulasi pinjaman sebesar 500 juta. Anggaran APBN, APBD, Kredit Program saat ini mencapai 195 trilyun rupiah. Ini semua bisa diakses untuk kepentingan bisnis produktif. Apalagi usaha budidaya udang yang nyata menguntungkan dan bankable,” imbuhnya.
Edhy juga memastikan untuk memberikan kemudahan dalam menjamin investasi masuk dengan mendorong reformasi perijinan dan perlindungan usaha. Disamping akan lebih menonjolkan upaya diplomasi dan pembinaan, jika ada pelanggaran yang dilakukan pelaku usaha”
“Jadi saya sudah sampaikan ke Bapak Kapolri agar aparat di bawah bisa mengedepankan pembinaan dan tidak ada lagi kriminalisasi terhadap bentuk pelanggaran yang dilakukan pelaku usaha, apalagi yang masih baru. Saya percaya itu karena ketidaktahuan, jadi perlu diberi pembinaan. Kalau belum mengantongi ijin, ya kita akan bina agar segera mengurus ijinnya”, pungkas Edhy.
Sementara itu dalam kunjungan ke PT STT Sarjo, Edhy berkesempatan melihat tambak percontohan yang dibina oleh Ditjen Perikanan Budidaya, yaitu oleh Balai Layanan Usaha Kelautan dan Perikanan Karawang – DJPB. Tambak STT Sarjo merupakan tambak pionir percontohan tambak berkelanjutan. Keberadaan tambak ini memicu adanya tambak-tambak lainnya yang saat ini berkembang, termasuk tambak Randomayang yang baru saja diresmikan.
Anggota Komisi IV, DPR-RI yang juga turut serta, Suhardi Duka menegaskan bahwa Komisi IV sangat mendukung upaya KKP dalam melakukan pemberdayaan ekonomi. Ia juga meminta KKP untuk terus fokus dengan program-prongram yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat termasuk menggenjot investasi.
“Kami di komisi IV pasti mendukung program yang memang fokus untuk mensejahterakan dan mendongkrak ekonomi nasional. Sektor perikanan, khususnya udang ini harus mampu bersaing di pasar internasional, agar devisa ekspor meningkat”, ujar Suhardi
Optimis Target Nilai Ekspor 250% Tercapai
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjskto yang turut serta dalam Kunker Menteri Edhy mengayatakan bahwa optimis target yang diberikan Presiden untuk menaikan 250% nilai ekspor dapat tercapai. Menurutnya, upaya yang dilakukan KKP dalam mendorong kawasan udang berkelanjutan telah banyak direplikasi banyak investor di berbagai daerah, sebut saja di Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo dan daerah lainnya. Ia juga memastikan model kawasan seperti ini telah mampu menaikan produktivitas lebih dari 30%.
Guna memenuhi target peningkatan produksi udang, KKP akan melakukan pengembangan model kawasan budidaya udang di berbagai daerah. Tahun ini, KKP menargetkan ada lima lokasi pengembangan yakni di Kabupaten Aceh Timur, Sukabumi, Sukamara, Buol dan Kabupaten Lampung Selatan. KKP juga memastikan model ini bisa menjadi rujukan untuk direplikasi baik oleh investor, maupun masyarakat.
Slamet membeberkan, model Kawasan ni akan mengedepankan pengelolaan teknis yang lebih integratif dan ramah lingkungan, disamping manajemen usahanya dilakukan secara kolektif.
“Disamping model Kawasan di lima Kabupaten/Kota tersebut, KKP juga akan mendorong kawasan budidaya udang generasi milenial atau Millenial’s Shrimp Farming Cluster/ MSF Cluster melalui “Gerakan Milenial Bertambak”. Tahap awal tahun ini akan dilakukan di BBPBAT Jepara dan BPBAP Situbondo”, pungkas Slamet.
Dalam kesempatan yang sama, Bupati Pasangkayu, Agus Ambo Djiwa, menyatakan bahwa pemda akan sangat mendukung kebijakan /program KKP terlebih dalam upaya membangun ekonomi daerah melalui sektor perikanan. Pihaknya juga berjanji untuk terbuka terhadap investasi terutama bagi sektor strategis seperti budidaya udang.
“Kami terbuka bagi investasi yang ingin turut serta bangun daerah melalui pemanfaatan potensi khususnya di budidaya udang. Saya juga memastikan nantinya tidak ada lagi hambatan baik itu berupa regulasi maupun aturan, justru kita akan jamin iklim usaha dan investasi yang ada dan akan masuk,” tegas Agus.
Sekadar informasi, PT. Randomayang memiliki luas lahan total mencapai 45 ha dan saat ini yang sedang produksi seluas 12 ha dengan sistem klaster. Sedangkan PT. Manakara Sakti Abadi memiliki luas lahan total 25 ha dengan lahan yang diproduksi saat ini seluas 9 ha. Kedua perusahaan menargetkan rata rata produktivitas sebanyak 40 ton per ha.
“Hingga saat ini kinerja produktivitas cukup optimal, disamping itu kami juga melakukan kerjasama dengan masyarakat melalui pola inti rakyat. Mengenai peluang permintaan ekspor udang paska Covid-19, saya optimis akan naik signifikan dan ini peluang kita genjot suplai”, ungkap Rudy yang juga Direktur Utama PT. Randomayang Tambak Lestari.
Bupati Pasangkayu, Agus Ambo Jiwa, mengatakan ada sekitar 13.000 ha lahan potensial di Pasangkayu yang efektif untuk budidaya udang dan bandeng. Pihak pemda akan mendorong upaya optimalisasi pemanfaatan ekonominya dengan membangun berbagai fasilitas agar akses mudah dijangkau.
“Kita siapkan lahan untuk bandara 1.000 ha. Ini untuk mempermudah akses pasar, jadi nanti tidak harus ditempuh dengan perjalanan panjang. Mudah-mudahan kehadiran pak Menteri ini bisa memberi semangat pada kami untuk terus membangun,” ungkapnya.