Photo by : Handika Rizki Rahardwipa
Produktivitas dan daya saing tinggi tidak lepas dari ketersediaan input teknologi, rantai sistem produksi, dan sumber daya manusia ataupun mesin yang efisien, serta mutu produk yang terjamin.
Penegasan itu disampaikan Susi Pudjiastuti dalam sambutan tertulis yang dibacakan Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto pada pembukaan Pameran Aquatica Asia & Indoaqua 2018 yang bertema “Transform Aquaculture Bussiness Into Industry 4.0” di Jiexpo Kemayoran Jakarta, Rabu (28/11/2018).
“Untuk menjawab peluang dan tantangan tersebut, pemerintah telah meluncurkan road-map implementasi industri 4.0, sebuah era industrialisasi yang berbasis pada modernisasi teknologi informasi yang terdapat penggabungan antara teknologi otomatisasi dengan teknologi internet. Mesin sudah terintegrasi dengan jaringan internet atau internet of things,” ujar Susi Pudjiastuti.
Ia menyebutkan, akuakultur atau perikanan budidaya menjadi andalan suplai ikan dunia mengingat pertumbuhannya yang terus meningkat setiap tahun dan potensinya yang masih sangat luas untuk dikembangkan.
Produksi perikanan tangkap cenderung stagnan. Laporan Bank Dunia “Fish to 2030 – Prospect for Fisheries and Aquaculture” memprediksi, konsumsi ikan dunia pada 2030 mencapai 151.771.000 ton yang terdiri atas ikan tangkapan sebesar 58.159.000 ton dan ikan budidaya sebesar 93.612.000 ton.
Sementara, produksi ikan dunia pada 2030 sebanyak 186.842.000 ton yang disumbang dari perikanan tangkap 93.229.000 ton dan perikanan budidaya 93.612.000 ton.