Menteri Edhy Tebar 50.000 Benih Nilem di Waduk GOR Jakabaring

329
Dok. Humas KKP

KKPNews, Palembang – Dalam kunjungan kerjanya di Kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel), usai menghadiri rangkaian acara menjelang peringatan Hari Nusantara XIX yang diselenggarakan pemerintah Provinsi Sumsel, Menteri Kelautan dan Perikanan melakukan restocking 50.000 ekor ikan nilem ke Waduk GOR Jakabaring. Dalam kesempatan tersebut, Menteri Edhy didampingi oleh Gubernur Sumsel Herman Deru, Direktur Jenderal (Dirjen) Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto, dan Dirjen Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP) Agus Suherman.

“Kita melepas sebanyak 50.000 benih nilem. Ikan nilem adalah ikan asli di perairan Sumatera Selatan. Diharapkan dengan pelepasliaran ini ikan lokal kita dapat terus terjaga,” tutur Menteri Edhy.

Menteri Edhy menambahkan, dirinya berharap berbagai jenis ikan lokal baik ikan air tawar, air payau, maupun air laut dapat dikembangkan dengan kegiatan budidaya. Hal ini senada dengan program nasional pemerintah untuk meningkatkan perikanan budidaya.

“Budidaya ini menghasilkan devisa dan kita masih banyak ceruk untuk melakukan ini. Masih banyak yang bisa kita buat untuk negara agar menghasilkan lapangan pekerjaan dan yang paling penting tambahan penghasilan bagi masyarakat,” lanjutnya.

Dalam jangka panjang, kegiatan budidaya ikan juga dinilai ampuh untuk mengatasi persoalan stunting atau hambatan pertumbuhan tubuh dengan menyediakan banyak ikan untuk dikonsumsi.

Sementara itu, Dirjen Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto menyebut, restocking ikan ini dilakukan dalam rangka memperkaya kembali plasma nutfah yang ada di perairan umum, terutama ikan-ikan asli daerah. Menurutnya, ikan nilem saat ini keberadaannya di alam sudah mulai terancam.

Selain itu, Slamet menambahkan, restocking dilakukan dalam rangka menjaga lingkungan perairan karena ikan nilem merupakan plankton feeder. Sebagaimana diketahui, keberadaan plankton memang mengindikasikan kesuburan perairan. Namun, jika plankton terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan.

“Ikan ini merupakan plankton feeder sehingga bisa mempertahankan atau bisa menstabilkan air terkait dengan kesuburan perairannya. Jadi diharapkan tidak ada blooming plankton. Kalau ada blooming plankton nanti itu berbahaya pada saat ada upwelling, menyebabkan ikan-ikan mati,” jelasnya.

Ikan yang di-restocking juga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan pemenuhan gizi masyarakat. “Harapannya ikan nilem ini nantinya beranak-pinak di situ, kemudian banyak masyarakat bisa mengambil ikannya untuk sumber protein dan juga kalau dijual jadi sumber pendapatan masyarakat.”

Slamet menjelaskan, pada dasarnya ada dua sasaran peningkatan budidaya ikan. Pertama, penyediaan produk-produk perikanan untuk diekspor. Kedua, menyediakan bahan makanan untuk ketahanan pangan.

Sumsel merupakan daerah dengan konsumsi ikan yang cukup tinggi karena memang telah terbiasa dengan kegiatan budidaya ikan.

“Kita akan memanfaatkan seluruh potensi perairan baik perairan umum, kolam, sungai. Kita akan gunakan untuk budidaya ikan, untuk ketahanan pangan. Yang kedua, untuk ekspor. Kebetulan Sumsel ini penghasil patin-patin yang berpotensi untuk diekspor, sekarang diekspor ke Saudi Arabia. Contoh saja di OKU Timur. OKU Timur termasuk penghasil patin yang terbesar di Sumsel. Jadi patin bukan hanya untuk ketahanan pangan, tetapi kita dorong pemasok industri untuk diekspor,” terang Slamet.

Tak hanya Sumsel, menurut Slamet hampir seluruh wilayah di Indonesia berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya ikan. Hanya saja, mengusung komoditas perikanan yang berbeda, berbasis komoditas unggulan masing-masing daerah.

“Sumatera Selatan sendiri unggulannya adalah nila dan catfish,” imbuhnya.

Adapun Kepala Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan Palembang Arif Wibowo menjelaskan dua hal yang menjadi pertimbangan pemilihan lokasi restocking benih ikan nilem ini. Pertama, Waduk GOR Jakabaring merupakan salah satu waduk terbesar di Palembang. Kedua, Waduk GOR Jakabaring juga digunakan untuk sarana prasarana olahraga dayung dan semacamnya, sementara banyak sekali ganggang-ganggang yang tumbuh.

“Kita berusaha bagaimana supaya ganggangnya itu hilang, tidak menyebabkan pendangkalan dengan dimakan oleh ikan nilem sehingga perairan menjadi sehat,” ungkapnya.

“Semua konsen terhadap lingkungan dan pelestarian plasma nutfah karena kalau tidak kita jaga lingkungannya, kita tebar berapa pun hasilnya akan hilang,” tutup Arif.

Senada dengan hal tersebut, Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam, Jambi, Ahmad Jauhari yang turut hadir dalam penebaran benih tersebut mengatakan, ikan nilem yang ditebar diharapkan dapat tumbuh dan menjadi stok indukan. Terlebih ikan yang ditebar adalah ikan asli Sumsel yang terancam punah. “Jika nanti perikanan budidaya akan dikembangkan di sini, itu menjadi spot-spot untuk salah satu sumber ikan dari alam,” ujarnya.

“Mungkin nanti juga bisa jadi tempat wisata juga. Kalau banyak kan bisa mancing. Bisa juga dimanfaatkan untuk penangkapan karena kan juga luas waduknya,” lanjut Jauhari.

Sumsel sendiri memiliki lebih dari 230 spesies ikan asli namun jumlah di alam sudah sangat menurun. Dengan adanya program-program restocking ikan air tawar ini, diharapkan ikan-ikan lokal itu akan muncul kembali. Setelah hal tersebut tercapai, teknologi budidaya ikan yang dihasilkan balai riset dapat disebarkan ke pelaku utama perikanan sebagai pendorong kegiatan ekonomi. (AFN)

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
  • Sedih (100.0%)
  • Terinspirasi (0.0%)
  • Senang (0.0%)
  • Terhibur (0.0%)
  • Terganggu (0.0%)
  • Takut (0.0%)
  • Marah (0.0%)
  • Tidak Peduli (0.0%)

Comments

comments