Cerita Bahagia Nelayan di Sendang Biru

3687
Pemberantasan illegal fishing berefek positif pada kehidupan nelayan Sendang Biru, dengan meningkatnya hasil tangkapan nelayan sekitar. (Dok. Humas KKP/Regina Safri)

Komitmen Menteri Susi Pudjiastuti memerangi illegal fishing berefek positif pada kehidupan nelayan Sendang Biru. 

KKPNews, Sendang Biru – Meski matahari belum sepenuhnya terlihat di ufuk timur, namun para nelayan sudah sibuk mempersiapkan bekal berangkat melaut. Dari mengisi air, mengumpulkan es batu, mengecek mesin, bahan bakar, hingga ransum selama perjalanan mencari ikan di Sendang Biru, Malang, Jawa Timur.

Jumianto, salah seorang nelayan yang saya temui bercerita, bahwa saat ini cuaca tidak terlalu mendukung untuk melaut mencari ikan. “Angin lagi besar, jadi nelayan tidak berani melaut terlalu jauh,” katanya.

Saya lalu melihat sekitar, memang benar, tak semua kapal turun ke laut. Namun mau tak mau harus mereka lakukan karena butuh penyambung hidup untuk memenuhi keluarga sehari  hari.

Samsudin, nelayan yang lain juga ikut  bercerita kalau dua tahun terakhir, penghasilan nelayan bertambah 50% bahkan lebih. “Sebelumnya, dalam seminggu hanya mendapatkan sekitar 100 ton ikan, namuan sejak dua tahun terakhir ini naik menjadi lebih dari 150 ton,” katanya. “Mungkin karena kebijakan Bu Susi yang mengusir kapal-kapal asing pencuri ikan, jadi ikan saat ini lebih banyak dan lebih mudah didapatkan.”

Menurutnya,  tuna, cakalang, tongkol, lemuru adalah jenis ikan yang paling banyak di tangkap nelayan Sendang Biru. “Jika sedang musimnya, ikan terus berdatangan sampai-sampai tak muat di Tempat Pelelangan Ikan (TPI),” kata Jumianto.

Saat mendengar kabar adanya rencana pembangunan pelabuhan di Sendang Biru, para nelayan ini gembira. Maklum, selama ini mereka mengeluhkan minimnya infrastruktur pendukung seperti tempat berlabuh kapal, ponton, akses jalan, bengkel kapal, dan syahbandar yang hanya ada dua di Jawa Timur.

Pemerintah memang berencana membangun lima pelabuhan baru pada 2017 ini. Selain di Sendang Biru, pelabuhan akan dibangun di Cianjur, Bali, Bitung, dan Muara Baru,

Kebahagiaan di rumah apung

Perjalanan kemudian kami lanjutkan menuju rumah apung menggunakan perahu. Rumah apung bantuan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merupakan tempat budidaya ikan laut  dan udang yang berlokasi di laut. Jaraknya sampai 2 km dari bibir pantai.

Terdapat beberapa jenis ikan yang dibudidayakan. Antara lain kerapu cantang, kerapu tikus, udang vaname, lobster dan beberapa jenis ikan hias.

Pirno, salah satu penjaga di rumah apung mengatakan bahwa ia sangat merasakan betul manfaat positif dari bantuan rumah apung tersebut. “Saya selalu memberi makan (ikan dan udang) sehari tiga kali. Selain itu saya juga membersihkan lokasi ini dari sampah-sampah supaya tidak kotor,” kata Pirno. Ia berharap bantuan serupa bisa diadakan lagi di beberapa lokasi yang berbeda.

Konservasi mangrove

Usai melihat-lihat proses pemberian makan dan pemeliharaan rumah apung, kami melanjutkan perjalanan menelusuri kawasan mangrove. Kami pun berganti perahu yang lebih kecil dari yang sebelumnya.

Senang sekali melihat pemandangan mangrove yang bersih dari sampah. Udara sejuk dan langit yang cerah membuat kami semakin terhanyut menikmati pemandangan  Hamparan pohon mangrove yang lebat dan rapat langsung terlihat ketika saya memasuki kawasan. Gugusan bukit yang mulai lebat ditumbuhi pepohonan, menjadi latar rimbunannya mangrove di pantai selatan Jatim itu.

Bila ekosistem mangrove terjaga dipastikan membawa keuntungan bagi lingkungan maupun masyarakat. Karena selain sebagai pelindung daerah pesisir dari ombak, erosi, abrasi, hutan mangrove juga berfungsi mengimbangi peningkatan tinggi air laut dan menahan intrusi air laut ke dalam. Secara ekologis, membantu proses yang terjadi pada ekosistem, seperti menjadi tempat bertelur ikan atau biota lain, juga tempat burung berkumpul dan mencari pakan.

Dalam melakukan konservasi ekosistem mangrove sebaiknya juga memperhatikan sisi ekonomi masyarakat. Sebab, konservasi dan perlindungan alam akan sulit diwujudkan tanpa adanya dukungan masyarakat.  “Kalau kawasannya bersih, yang merasakan dampak positifnya warga sekitar juga,” kata Pirno. (RS/DS)

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?
  • Senang (100.0%)
  • Terhibur (0.0%)
  • Terinspirasi (0.0%)
  • Tidak Peduli (0.0%)
  • Terganggu (0.0%)
  • Takut (0.0%)
  • Marah (0.0%)
  • Sedih (0.0%)

Comments

comments