PURWOREJO – Bermodal tekad yang kuat dan bantuan dana bergulir dari Badan Layanan Umum (BLU) Lembaga Pengelola Modal Usaha Kelautan dan Perikanan (LPMUKP), Kevin Arisinta Ginting dan tiga rekannya sesama alumni Sekolah Tinggi Perikanan (Politeknik AUP) Jakarta, sukses bertambak udang vaname di Purworejo, Jawa Tengah. Omzetnya mencapai Rp90 juta per kolam dalam sekali panen.
Bermula dari sosialisasi program New Entrepreneur yang digulirkan LPUMKP, Kevin dan kawan-kawan memberanikan diri untuk mengajukan pinjaman modal usaha. “Kita masukkan proposal, kita ikuti prosedur dan tahapan-tahapannya, sampai dinyatakan lulus berkas dan akhirnya permohonan kami diterima sampai akad,” kata lulusan Poltek AUP angkatan 49 tahun 2017 itu. Modal yang Kevin dkk. terima sebesar Rp600 juta.
Dari modal usaha itu, kini dia dan empat rekannya sudah memiliki 20 kolam di Desa Jatikontal, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Purworejo, dengan luas lahan masing-masing kolam antara 1.300 sampai 1.500 M persegi. “Awalnya kami hanya punya dua kolam,” ujarnya.

Kevin menceritakan, bisnisnya ini sudah berjalan 3 tahun dan selama kurun waktu itu dia sudah bisa memberikan manfaat ekonomi untuk masyarakat sekitar. Sedikitnya dia mempekerjakan 8 orang pekerja harian untuk mengurusi operasional tambak dan 4 orang karyawan tetap untuk mengelola administrasi dan lain-lain. “Alhamdulillah selalu ada pekerjaan untuk masyarakat sekitar,” sambung dia.
Berbicara soal keuntungan dari bisnis udang Vaname, Kevin menjelaskan, rata-rata mencapai Rp70-90 juta per kolam dalam sekali panen. Dalam satu tahun dia bisa tiga kali panen. Alhasil tak kurang dari Rp1,4 miliar keuntungan yang diraup Kevin dkk. dari 20 kolam dalam sekali siklus.
“Itu kalau bagus, tapi kan dalam usaha apa pun enggak mungkin selalu mulus. Pasti ada kerikil-kerikil, ada hambatan di setiap siklusnya,” ungkap Kevin. Beberapa hambatan yang dihadapi, kata dia, terutama dirasakan pada tahun pertama budidaya. Dimana mereka baru saja lulus, sementara kondisi di lapangan tidak melulu sesuai dengan apa yang dipelajari di kampus.
“Memang kita punya basic di tambak, tapi enggak semulus yang kita planing-kan, enggak semulus dengan yang kita pelajari, dengan teori-teori yang ada. Kita harus menyesuaikan di lapangan, kita harus adaptasi. Kita mencari link untuk (suplier) pakan, probiotik dan lain-lain. Kita harus mencari teman. Alhamdulillah sudah berjalan dan sudah ada semua itu sudah enaklah untuk menjalankan usaha,” jelas Kevin.

“Jadi kita targetnya menyiapkan dua kali siklus untuk proses budidaya. Kalau sudah punya manajemen yang baik, saya rasa pasti bertahan. Untuk usaha kita pasti kuatlah,” tegasnya.
Adapun harapan untuk KKP, Kevin meminta agar pemerintah terus peduli dengan pengusaha-pengusaha muda yang ingin ikut berkecimpung di bisnis kelautan dan perikanan. Ini dilakukan untuk bersama-sama merealisasikan peningkatan target ekspor udang Indonesia di 2024 sebesar 250 persen.
“Kita anak-anak muda harus ikut ambil bagian dalam menyumbangkan target ekspor Indonesia itu,” ujarnya.
Dia juga berharap bantuan usaha dari dana bergulir KKP terus bisa dimanfaatkan masyarakat yang ingin menjadi pelaku usaha di sektor kelautan dan perikanan.
“Semoga tidak berhenti hanya di kami. Masih banyak teman-teman, adik-adik yang akan Lulus. Dari poltek-poltek naungan BRSDM pasti ingin buka usaha dan memiliki kompetensi itu. Jadi enggak hanya berhenti di kelompok kami. Khususnya di Purworejo, ada new entrepreneur–new entrepreneur berikutnya,” tutupnya.