KKPNews, Jakarta – Pengembangan budidaya perikanan Indonesia kian membaik. Namun masih terdapat kendala, di mana dalam pengembangannya, pemerintah dan pengusaha terhalang kondisi alam yang kian turun dan pengembangan lahan budidaya.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), sektor budidaya perikanan memiliki potensi lahan sebesar 12,1 juta hektare dari luas wilayah perairan di Indonesia yang mencapai 3,1 juta kilometer. Tetapi baru sekitar 325.000 ha alias 2,69% yang baru dimanfaatkan untuk sektor tersebut.
Terkait hal tersebut, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto mengatakan, pihaknya telah diberi mandat oleh Presiden untuk mengembangkan sentra-sentra budidaya ikan. Menurutnya, dengan meng-update sistem teknologi berupa akuakultur, pembenihan dan pendederan bisa lebih efisien dalam meningkatkan produksi.
Bukan hanya itu, menurut Slamet, KKP melalui Ditjen Perikanan Budidaya juga telah melakukan kerja sama perekayasaan dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) laut untuk menyediakan benih induk unggul produk-produk budidaya ikan.
Tak hanya produk ikan, kondisi alam yang kian menurun juga turut menghambat budidaya mutiara. Sekertaris Jenderal Asosiasi Budidaya Mutiara Indonesia (Asbumi) Mulyanto mengatakan, pembudidayaan mutiara sering terkendala adanya efek plastik ke mutiara atau yang sering disebut dengan osteoporosis atau keropos cangkang. Selain itu, global warming juga menyebabkan banyaknya plankton dan mollusca di ekosistem mati.
Menurutnya, hal ini menyebabkan kerang mutiara yang berumur muda atau masih baru yang berukuran sekitar dua senti menjadi mati karena kerang mutiara dalam ukuran tersebut tengah berada dalam fase yang rawan. Oleh karena itu, ia berharap kegiatan pembersihan laut dan pengembangan ekosistem alam juga gencar dilakukan. (Cheza Andjani/AFN)